Masihkah Ujian Nasional Pantas Dipertahankan?

UN
Ujian Nasional | Hanya ada satu kata untuk menggambarkan pelakanaan UN untuk tingkat SMA/MA tahun ini, apa kira-kira kata yang tepat itu, ya hanya satu kata, SEMRAWUT!

Bagimana tidak semrawut sob, UN di 11 provinsi tertunda karena keterlambatan naskah soal, sementara keluhan bermunculan di sekolah-sekolah yang telah melaksanakan UN sejak hari pertama ujian, yaitu hari Senin,  mulai dari rendahnya kualitas lembar jawaban UN, tertukarnya paket-paket soal, kurangnya naskah soal dan lembar jawaban UN, sehingga harus di poto copy oleh sekolah masing-masing, hingga indikasi kecurangan yang mulai dilaporkan ke posko pengaduan UN atapun yang diungkapkan melalui media sosial dan mungkin masih banyak lagi masalah yang tidak muncul ke permukaan.

Dengan dalih masalah teknis dan tetek bengek lainnya, apakah UN layak dibiarkan tetap berlangsung sebagai rutinitas tahunan berbiaya besar tanpa manfaat signifikan bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesyah?

Berapa kira-kira biaya untuk pelaksanaan UN ini? Yang jelas memerlukan biaya yang tidak sedikit, Biaya penyelenggaraan UN tahun ini saja mencapai Rp 600 miliar. Wow….jumlah yang menurut saya itu lumayan banyak. Mungkin biaya yang begitu besar akan lebih bermanfaat jika dialihkan untuk pelatihan meningkatkan kualitas guru, perbaikan sekolah yang rusak, dan pembenahan sarana dan prasarana pendidikan lainnya. Ini belum termasuk biaya-biaya yang lain yang terkait dengan pelaksanaan UN yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan orangtua murid.

Saya sendiri seorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, dan setiap tahun terjun langsung dalam pelaksanaan UN ini, walaupun hanya sebagai penyelenggara tingkat sekolah. Namun dari tahun ke tahun UN ini sepertinya bukan menjadi lebih baik, malah banyak menimbulkan masalah yang melibatkan guru, siswa dan orang tua itu sendiri.

Sementara itu, menurut hasil dari beberapa penelitian lain juga telah mendokumentasikan dampak negatif Ujian Nasional ini. Di antaranya:
  1. Meningkatnya risiko putus sekolah bagi siswa tak mampu dan siswa dari kelompok minoritas; 
  2. Kesenjangan prestasi akademis berdasarkan status sosial ekonomi keluarga; 
  3. Tekanan berlebihan yang dirasakan siswa; tekanan berlebihan yang dirasakan guru; dan 
  4. Penyempitan kurikulum, yaitu terfokusnya pembelajaran pada mata pelajaran yang diujikan sehingga yang tak diujikan terabaikan; 
  5. Proses belajar yang berupaya menggali aspek kreativitas dan berpusat pada siswa cenderung terpinggirkan karena lebih memfokuskan pada latihan-latihan soal; 
  6. Berbagai modus kecurangan, baik yang dilakukan oleh siswa ataupun oleh oknum guru itu sendiri.
Sebenarnya ini sudah menjadi masalah klasik dan pemerintah khususnya dinas pendidikan bukannya tidak tahu. Mereka tahu benar dampak negative dari UN ini, tapi karena banyak sekali kepentingan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, akhirnya sampai saat inipun UN masih melenggang dengan santainya tanpa bisa dibendung pelaksanaannya.

Sebenarnya sudah banyak upaya-upaya untuk meniadakan UN ini, seperti apa yang dilakukan oleh Tim Advokasi korban UN dengan menemui Komisi X DPR, Komnas HAM, dan Dewan Pertimbangan Presiden. Namun langkah-langkah ini belum membuahkan hasil. UN masih tetap berlangsung dan masalah itu masih akan timbul.

Jika bisa di ibaratkan secara sederhana, UN adalah mobil dan sopirnya adalah yang terhormat Menteri Pendidikan yang mempunyai kewenangan penuh terhadap pelaksanaan UN ini. Nah kalo mobilnya sudah rusak dan tidak laik jalan, mau gonta-ganti supir yang bagaimanapun tetep tidak akan jalan. Apalagi supir cabutan yang baru belajar nyetir. Cape deh hehe....

Jadi, apakah UN masih pantas untuk dipertahankan?



Post a Comment

91 Comments

  1. saya lebih suka kalau UN dihapuskan dari negri ini :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. monggo mas, itu opini kita masing-masing, yang penting punya dalih yang kuat, trimakasih kunjungannya...

      Delete
  2. kalau un dihapuskan trus parameter kelulusan pakai apa mas?adakah solusinya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya sebenarnya ujian itu harus tetap ada sob, tapi sebaiknya bukan syarat mutlak untuk kelulusan, sesuatu yang dipaksa akan menimbulkan hal negatif, menghalalkan segala cara, berbuat curang yang penting lulus..saya lebih suka dengan sisitin NEM seperti dulu, ketahuan kualitasnya karena asli nilainya, bukan manipulasi...

      Delete
    2. saya juga setuju dengan sistem nem dahulu sebagai tolok ukur evaluasi, kalau di hapuskan malah blunder menurut saya.
      mungkin sistem ambang batas kelulusan tidak perlu dipaksakan seperti sekarang.

      Delete
    3. saya bingung mas, mungkin dengan NEM seperti dulu lebih baik, yang sekarang ini solusi untuk pejabatnya bagaimana ya hehehe...

      Delete
    4. kalau untuk pejabatnya sih gini solusinya, jangan terlalu memikirkan partai lah, menteri pendidikan kan yang pilih bos partai biru secara tidak langsung ada bargain di dalamnya yaitu afiliasi ke partai biru. UN ini kan mengeluarkan uang banyak duitnya masuk partai biru sehingga persiapan ancur total karena pendistribusian dan transport yang mungkin dananya sudah di potong.
      ini subyektivias saya pribadi.

      Delete
    5. itulah dagelan yang tidak lucu mas, terlalu kentara kecurangannya, giliran menteri dari partai lain salah dan belum tentu salahnya, langsung di obok-obok, tapi pas yang berbuat salah bahkan fatal dari partai biru itu, eh dibela-belain juga..ancur deh endonesyah...

      Delete
    6. insya Allah kalau pemimpinya dzolim negaranya jauh dari berkah mas.
      saya bukan pendukung golongan manapun lho ya, saya rakyat biasa, hehe
      semoga ujian nasional tidak lagi dipolitisasi aja. karena dekat 2014 masing2 golongan mengumpulkan pundi uang mas

      Delete
  3. memang tak pantas dipertahankann menurut saya. kebanyakan sisi negatifnya. dan juga hanya membuat orang2 semakin berusaha melakukan hal negatif (kecurangan). tapi mau gimana lagi, menteri pendidikan punya kuasa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya itulah sisi negatifnya sob, lebih banyak daripada yang positifnya..

      Delete
  4. Sama2 tolol. Distributor nya semrawut. Kebanyakan makan gaji buta.

    Siswanya juga tolol. Bukannya belajar tp malah iuran 10jt buat beli kunci jawaban yg belum tentu kebenaran nya. F*ck !

    Kalo saya pribadi sih mending gak ada UN. Uang 10jt bisa buat beli sapi. :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. yah tapi mungkin ga semuanya berbuat seperti itu kan sob, masih ada yang jujur dan berusaha semaksima mungkin walaupun sadar menjadi bulan-bulanan kebijakan diknas.....

      wah otak bisnisnya jalan nih :d

      Delete
    2. wah jiwa muda mas yuyud....berkobar2 nih...hehe :)

      Delete
    3. wah jiwa muda mas yuyud....berkobar2 nih...hehe :)

      Delete
  5. Ujian nasional tetep ada.
    seperti kita manusia untuk mencapai level tertinggi kita harus melewati ujian dari Allah. Begitupun dengan ujian disekolah, kita memerlukan itu. Toh kelulusan tidak hanya ditentukan lewat Ujian Nasional

    Salam Go Blog dari MAHASISWA GO BLOG

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener banget sobat, ujian memang perlu, sebagai cara untuk meningkatkan kualitas, tapi barangkali yang tidak bisa dipertahankan adalah sistim dari UN itu sendiri yah, UN sebaiknya bukan syarat mutlak untuk kelulusan, kalo sudah begini yang timbul adalah terjadi banyak kecurangan....

      Delete
  6. aq bwahkan kopi kang biar ujiannya lancar hehehe. Ujian skarang bnyak permaina kang trlalu bnyak alasan hehehe.

    ReplyDelete
  7. tuk mengetahui mana siswa yg serius belajar dan mana siswa yg gk prnah serius/main2 carax gmn ya..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. caranya ya kembali seperti dulu lagi sob, pake Nilai Ebtanas Murni atau NEM, disitu ketahuan siapa yang serius dan siapa yang tidak, karena itu nilai asli dari siswa itu sendiri...ujian juga tidak stress seperti sekarang

      Delete
  8. saya rasa masih pantas diadakan karena harus dengan apalagi untuk memberikan seleksi kepada calon murid tingkat atasnya, lagian bisa dipakai sebagai pembanding dan bahkan bisa untuk tolak ukur kemampuan bidang belajar mengajar di sekolah

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya ..tetapi yang timbul adalah kecurangan dimana-mana, baik oleh guru, siswa, bahkan instansi yang melibatkan pusat hingga daerah..mau gimana lagi coba, pantes kalo siswa pada curang, orang diajarinnya demikian

      Delete
  9. Kasian kalau adik adik amp maupun sma gak lulus cuma gara gara UN.. saya setuju UN dihapus SOB !!

    Blogwalking sobat....Happy Blogging....

    ReplyDelete
  10. poin no. 6, yang ngga bisa dihindari, dari pada ngga lulus, dan sekolah jadi bercitra buruk karena siswanya banyak ngga lulus, terpaksa berbuat curang massal harus ditempuh.
    pengalamanku: siswa diminta tidak melingkari dengan tebal,jam 11 an UN selesai, guru2 sibuk menghapusi hasil pekerjaan siswa, menggantinya dengan kunci jawaban yang telah dimiliki, jam 12 berkas jawaban diserahkan ke dinas....kerenkan?!

    ReplyDelete
    Replies
    1. super keren kang, sekarang apalagi dengan paket soal yang membingungkan kecurangan tidak terjadi di tingkat sekolah memang, tapi bermain di atas yang syarat dengan kepentingan..makin ancur deh kang

      Delete
    2. nah begitulah adanya...
      mungkin siswa bisa jadi pinter, tapi kelak jadi penipu semua..wong udah dididik ngga jujur dari UN nya kan?!

      Delete
    3. ya sepertinya seperti itu kang...lieur lah

      Delete
  11. mamang setuju UN dihapus hehe.... terus gantinya bagaimana yah hehhehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenarnya sih tidak perlu dihapus UN itu mang, mungkin sistemnya saja, nilai UN sebaiknya bukan menjadi dewa dan standar kelulusan....

      Delete
  12. bener sekali mas, apalagi ini dana yang dibutuhkan lumayan buaaaaanyak, kan eman kalau ternyata dampaknya seperti itu, sepertinya sudah waktunya pemerintah untuk mempercayakan tetek bengek penyelenggaraan UN kedaerah (apa artinya ada otonomi daerahkan)

    ReplyDelete
    Replies
    1. usul yang bagus mas, tapi ya itu tadi yang diatas udah pada tuli sama duit :d

      Delete
  13. kalau menurut saya sih, jangan hanya di putuskan dengan hasil un tersebut, tapi juga di pertimbangkan nilai nilai selama sekolah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sob, kasian, udah belajar sekian tahun, kelulusan hanya ditentukan oleh beberapa pelajaran saja, yang lain sepertinya ngga perlu...

      Delete
  14. Kita hanya bisa beropini tetapi tetap saja semua pada keputusan pemerintah dalam membangun pendidikan yang berkualitas dan berwawasan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya sepertinya begitu sob, pada angkuh kayanya pemerintah..arus bawah sepertinya tidak berpengaruh

      Delete
  15. mampir lagi kesini sambil baca lagi artikelnya dan komentar sohib semua.

    ReplyDelete
  16. Kalau dihapus terus nanti sitimnya gimana Kang? apa nggak akan telat lagi hehehe:) Salam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenarnya UN masih ada sob, cuma penentuan kelulusan bukan berdasar dari hasil UN semata, karena ini timbullah berbagai kecurangan asal bisa lulus...

      Delete
  17. dihapus aja, coz pengalaman aku dulu, yang paling pinter temen saya malah gak lulus, yang paling bloon malah ga lulus.. ini sepertinya banyak faktor lucknya... apa lagi karang bisa amburadul kayak gini, padahal persiapan udah setahun . huh

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya itulah korban dari UN sob, itukan sudah dijatah dari atas, yang lulus berapa yang tidak lulus berapa, pasti ada tumbalnya, soalnya ngaco sistemnya

      Delete
  18. walaupun di realisasikan untuk tdak ada , UN susah untuk d hilangkan , entah mengapaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya entahlah ya sob, mungkin udah pada tuli kali :-d

      Delete
    2. iya mas , tuli dengerin orang2 kecil [-(

      Delete
  19. hmmm, UN sepertinya sudah menjadi tradisi tahunan di Indonesia

    ReplyDelete
  20. menurut saya secara pribadi, saya setuju saja dengan UN, karena dengannya saya bisa mengukur seberapa besar kemampuan saya. walaupun, untuk takaran kelulusan siswa, saya kurang setuju kalau hanya UN yang dilihat. oh ya bang, saya juga kecewa banget dengan UN sma tahun ini, kasihan sekali kakak2 kelas saya banyak yang kacau gara2 polemik di UN ini. pokoknya UN tahun ini bener2 tidak profesional. semoga tahun depan bisa lebih baik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. berdo'a agar UN tahun depan saat Rakyan bisa lebih profesional, dan tetaplah belajar dengan disiplin y.

      Delete
    2. tahun ini tahun miliknya pak menteri pendidikan, liatin aja apa sepak terjangnya, di protes juga ga mempan :d

      Delete
  21. sy juga binggung nih mas sama sistim pendidikan skrng....
    beda dg dulu masih di berlakuinnya EBTA/NAS yg sampe nggak bikin njelimet kaya UN Saat ini...
    -----
    bisa di pastiin juga apa karna skrng banyak orang pada pinter kblinger ya mas....buat sistim sama aturannya...hehe :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayanya gitu mas, banyak orang pinter, jadi banyak muncul ide-ide yang "briliant" :d

      Delete
  22. masih mending pake NEM seperti zamanku dulu ya lulus nya ga usah pake UN heeheee

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo yang itu ketauan siapa yang belajar serius, siapa yang engga...

      Delete
  23. menurut ane sih ga.. gan.. ga usah deh.. ga ada guna ini.... boros2sin anggaran uang negara aja.... tahun sekarang aha... 600 milyar lebih... tuh....

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sob sayang-sayang uang segitu, coba dikasih ke saya, ga mau ah...gau mau nolak :d

      Delete
  24. di museumkan aja bang kakakaka

    ReplyDelete
  25. yaa.. kalau saya sih berharap saat ane kelas 3 nanti UN dah bubar :d WKWKWK

    ReplyDelete
  26. aku juga sempat merasakan hal serupa gan, kertas jelek dan segala sesuatu yang membuat beban anak anak. ehm... sepertinya mending di bubarin aja kali ya. apa si pemerintah takut kalau ga dapet kerjaan dari ini? tak tau juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayanya gitu sob, ini proyek bagi bagi duit soalnya...

      Delete
  27. Saya setuju usul Jokowi, Mas. UN sebaiknya hanya hanya dijadikan tolok ukur untuk mengetahui kualitas pendidikan di masing-masing daerah. Daerah yang punya reputasi buruk dalam dunia pendidikan harus ditingkatkan oleh pemerintah. Itu lebih manusiawi saya kira.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenarnya yang sudah ngusulin banyak mas, tidak hanya Jokowi, tapi ya itu, karena banyak orang pinter, jadi pengin di dengerin semua pendapatnya..akhirnya masih kaya dulu...apalagi ini proyek basah mas

      Delete
    2. yoi malah jadi ajang nyari duit ya, padahal mereka udah di gaji juga, doh sabar ya pak guru, mungkin sistem pendidikan di negri ini kudu di rubah, tapi siapa? dengan apa? itu mungkin pertanyaan besarnya :D

      Delete
  28. dihapus juga tidak apa-apa, toh saya sudah lulus :>)

    ReplyDelete
  29. saya rasa masih perlu mas.. kan biar semua merasakan

    ReplyDelete
  30. Dikembalikan lagi pada fungsi awalnya. Toh kalo mau daptar kerja ato kuliah mereka akan diuji lagi..Yg bersih ama yg keruh bakalan menerima imbasnya..
    Tapi tetep, di entah mengapa uang masih selalu dalam posisi tertinggi di puncak piramida kehidupan di negeri ini.

    ReplyDelete
  31. kalau manurut saya sih memang lebih baik masih dijalankan, cuman jangan dijadikan standar kelulusan. Saya sendiri pas UN tahun 2011 stressnya minta ampun kang karena walaupun tidak 100% hasil Kelulusan dari UN tapi 60% sedangkan 40% dari raport, tetap saja peningnya. @-)
    Kalau menurut saya sih begitu kang, karena kita semua gak mau kalau cuma 3-4 hari lebih berarti dibanding 3 tahun. Proses selama 3 tahun ini juga harus menjadi tolak ukur kelulusan. Kalau cuman melihat hasil, yaitu UN rasanya gak adil kang.betul gak kang ?? :)

    ReplyDelete
  32. wah mending di hapus aja bikin stress murid termasuk saya yang sedang melaksankan UN SMP 2013 sumpah stress banget saya mas , mohon doanya aja ya mas semoga saya lulus :d

    ReplyDelete
  33. kalo menurt saya sih masih mas, asal jangan semerawut

    ReplyDelete
  34. lama tidak main kesini :D

    khususnya di daerah asal saya sobat, UN nya tertunda
    ya banyak adik-adik tingkat saya yang mengeluhkan hal ini :D

    Salam Blogwalking :D I am Back :D

    ReplyDelete
  35. Pertahankan saja!perbaiki sisi negatip nya :-?

    ReplyDelete
  36. hadeuh...saya angkat tangan dengan masalah ini.ini menyangkut dengan yang bersangkutan.he...he...

    ReplyDelete
    Replies
    1. bersangkutan. pasti layang2 lagi beradu di angkasa ya

      Delete
  37. hehe, apalagi supir serabutan yang baru belajar ya Mas... hehe menyentil banget tapi asyik dibacanya.

    saya setuju ditiadakan saja Mas, makin bikin nggak terarah dan nggak jujur nih dunia pendidikan.

    ReplyDelete
  38. met malem mas ;) maaf udah jarang blogging :(

    setuju bnget kalo un ditiadakan, toh kejujuran nggak harus di nilai pas UN aja :p seharusnya kita belajar pada negara2 tetangga /negara maju lainnya

    ReplyDelete
  39. saya mah izin nyimak gak mau komentar apa2.. pusing ngurusin beginian.. negara pun tak sanggup sepertinya ngurus yg bgnian b-(

    ReplyDelete
  40. met malem mas ;) maaf udah jarang blogging :(

    setuju bnget kalo un ditiadakan, toh kejujuran nggak harus di nilai pas UN aja :p seharusnya kita belajar pada negara2 tetangga /negara maju lainnya

    ReplyDelete
  41. Entahlah, tapi menurut saya negeri kita ini tetep perlu diadakan evaluasi. Entah itu namanya ujian nasional atau bukan, tapi bukan yang seperti ini. Evaluasi yang hasilnya akurat dan tidak bisa dipermainkan, namun juga tidak membebani sekolah dan siswa yang melaksanakannya. PR buat semua orang yg berkecimpung didalam dunia pendidikan di Negeri ini.

    ReplyDelete
  42. Iyanih pantaskah?sementara uang negara habis dipakai cuma buat UN masih banyak tugas negara ko uangnya di hambur-hamburin~

    ReplyDelete
  43. UN masih menjadi PR untuk mendiknas. Walaupun sudah direncanakan dan dikoordinasikan jauh2 hari tetep aja trjadi kesemrawutan sperti ini.

    ReplyDelete
  44. Katakan Tidak pada UN Hapus Donk Hapusss soalnya Nanti tanggal 14 April saya Mau UN :D mohon Do'anya kang :D

    ReplyDelete