Pendaki
Pendaki | Seorang pendaki
gunung sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya ada ransel dan
berbagai macam carabiner (pengait). Tak lupa tali temali tersusun melingkar
disela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat. Jadi persiapannya harus lebih lengkap.
Kini, dihadapan pendaki itu menjulang sebuah gunung tinggi. Puncaknya tak terlihat. Tertutup salju yang putih. Awan yang berarak disekelilingnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi disana.
Mulailah pendaki itu melangkah, menapaki jalan-jalan tebing bersalju yang terbentang dihadapannya. Tongkat berkait yang disandangnya menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.
Setelah beberapa lama barjalan, tiba-tiba terdengar suara gemuruh datang dari atas tebing. Yah ada badai salju datang tanpa diundang.
Longsoran salju meluncur deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkahan salju yang mengeras terus berjatuhan diserati deru angin yang membuat tubuhnya terhempas ke arah dinding.
Semua perlengkapannya hilang. Hanya tersisa sebuah pisau terselip dipinggangnya. Sang pendaki itu tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Tali-temali itu telah menyelamatkannya sehingga ia tidak terjatuh ke dasar jurang.
Suasana hening setelah badai. Ditengah kepanikan itu, terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. "Potong tali itu! Potong tali itu!" Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, bagaimana mungkin memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding itu begitu terjal. Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu?
Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia ragu untuk mengambil keputusan. Lama, ia tak mengambil keputusan apa-apa.....
Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemuka ada tubuh yang tergantung terbalik disebuah dinding terjal. Tubuh itu beku. Tampaknya ia meninggal karena kedinginan. Sementara, jarak tubuh itu dengan tanah hanya 1 meter saja!
_______________
Sobat, kita mungkin akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu karena tidak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan selamat dengan membiarkan dirinya jatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter saja. Ia tentu tidak harus mati kedinginan.
Begitulah mungkin kita sobat, kadang kita berfikir, mengapa Allah tampak tak melindungi hamba-Nya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban, masalah, hambatan yang kita hadapai dalam mendaki jalan kehidupan. Mengapa tak disediakan saja jalan yang lurus tanpa perlu menanjak agar kita terbebas dari semua halangan itu?
Namun sobat, cobaan yang diberikan Allah buat kita adalah latihan. Hanya ujian. Kita adalah layaknya besi-besi yang ditempa. Kita adalah pisau-pisau yang terus diasah. Sesungguhnya, disemua ujian dan latihan itu, tersimpan petunjuk. Ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA. Ya, asal kita percaya.
Semoga bermanfaat dan happy blogging...
Semua perlengkapannya hilang. Hanya tersisa sebuah pisau terselip dipinggangnya. Sang pendaki itu tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Tali-temali itu telah menyelamatkannya sehingga ia tidak terjatuh ke dasar jurang.
Suasana hening setelah badai. Ditengah kepanikan itu, terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. "Potong tali itu! Potong tali itu!" Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, bagaimana mungkin memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding itu begitu terjal. Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu?
Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia ragu untuk mengambil keputusan. Lama, ia tak mengambil keputusan apa-apa.....
Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemuka ada tubuh yang tergantung terbalik disebuah dinding terjal. Tubuh itu beku. Tampaknya ia meninggal karena kedinginan. Sementara, jarak tubuh itu dengan tanah hanya 1 meter saja!
_______________
Sobat, kita mungkin akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu karena tidak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan selamat dengan membiarkan dirinya jatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter saja. Ia tentu tidak harus mati kedinginan.
Begitulah mungkin kita sobat, kadang kita berfikir, mengapa Allah tampak tak melindungi hamba-Nya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban, masalah, hambatan yang kita hadapai dalam mendaki jalan kehidupan. Mengapa tak disediakan saja jalan yang lurus tanpa perlu menanjak agar kita terbebas dari semua halangan itu?
Namun sobat, cobaan yang diberikan Allah buat kita adalah latihan. Hanya ujian. Kita adalah layaknya besi-besi yang ditempa. Kita adalah pisau-pisau yang terus diasah. Sesungguhnya, disemua ujian dan latihan itu, tersimpan petunjuk. Ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA. Ya, asal kita percaya.
Semoga bermanfaat dan happy blogging...
.: visiting here with smile, nice greetings...^_^
thanks for your visiting here, smile too:}
Wah padahal jaraknya cuma 1 meter doank :O
ya sobat, karena panik, hal yang seharusnya bisa diselesaikan dengan mudah tapi tidak bisa
kata hati ternyata bukanlah gamebling ya kang, perlu didengar untuk membuat keputusan yang benar dan tentang tali yang harus dipotong itu adalah tali yang berhubungan apapun yang berhubungan dengan selain Alloh SWT dan hanya tali yang berhubungan dengan Allohlah yang tidak boleh dipotong malah harus diperkuat justru.
nice share
itu cerita beneran sob? ngeri juga ya,,jarak ke tanah cuma 1 meter tapi kan dia gak tau jarak yang sebenernya,,karna tanah ketutup salju,,tapi seandainya dia dengerin kata hatinya itu,,mungkin dia bisa selamat,,baru aja tadi siang saya baca di koran langganan saya,,kalo hari ini ada 2 pendaki gunung yang meninggal karena kena gas beracun yang keluar dari gunung,,lokasi di gunung Sindoro,,hehee,,,jadi panjang lebar nih koment saya,,udah ah sob,,takut ngelebihin panjang postingan sobat diatas,,,thanks...
Cerita fiksi, tapi syarat dengan hikmah yang bisa diambil pelajarannya sob, bahwa kita kadang menyangka bahwa Allah selalu membebani kita, padahal kita harus percaya bahwa disitu pasti ada kebaikan..
Trims kunjungannya sob
yakin sama kata hati dan percaya mungkin lebih baik dari pada tidak melakukan apa apa hehe, itu sih yang ane dapet :D
ya sob, intinya adalah rasa Yakin, dalam hal ini adalah yakin bahwa Allah selalu memberikan jalan kepada kita
met mlm masbro. jdi tkut bang bacanya heheh.
malam juga sob, trims kunjungannya yah
sma2 sob met sore
oke met sore juga sob, haappy blogging
Subhanallah..... Cerita yg luar biasa, Memang kata dari hati nurani itu benar namun sering diragukan oleh kita, ane juga kalo udah kebablasan maen game online di warnet, pasti ada saja yg mengganjal di hati, sepertinya hati ane bilang "PULANG LAH"... Terima kasih atas postingannya yg bermanfaat Mas.... Ane sudah kembali, hheehe
sama sama sob, semoga bisa bermanfaat...oke welcome sob dan happy blogging
Ya memang, pilihan itu memang sangat sulit. Jika situasi seperti itu memang benar-benar terjadi, ya hanya Allah sajaah tempat pertolongan
bener sobat, namun kita harus percaya betul
itulah kehendak Allah sob,dimana setiap kehidupan pasti ada akhirnya.jangankan seorang pendaki yang tidak memutuskan talinya ,kalau sudah kehendaknya orang yg berjalan kaki tersndung batu sajua mati.laillahailallah...
ya sob bener jika Allah sudah berkehendak tidak seorangpun dapat menghalanginya
ane percaya gan, tp ngeri juga bacanya :D
wah ini bukan cerita horor sobat, hanya sebuah ilustrasi yang semoga bisa diambil ibrohnya
Banyak belajar dan pelajaran yang didapat dari kisah pendaki di atas sobat...
Semuanya adalah takdir Allah dan tak akan berubah bila kita tak berusaha dan berikhtiar.
Jempol buat artikel dan motivasinya sob
makasih sobat buat jempolnya, semoga kita bisa mengambil ibroh dari cerita diatas terutama buat saya sendiri...
Artikel yang sangat bermanfaat... Kenapa tidak semua Nabi dan Rasul mendapat predikat Ulul Azmi, karena yang mendapatkan predikat itu yang benar2 tahan akan ujian... bukan begitu sob?
yap bener sob, trims sudah nambahin yah
keputusan yang telat diambil bisa membawa fatal. Begitulah kehidupan yang penuh dengan misteri.
terlalu panik jadi telat ngambil keputusan gan :D
telat dan panik, lengkap sudah sobat, nilai negatif yang harus kita hindari, ttrims sob:}
Gue percaya kak,,tapi bacanya ngeri banget kak,,he
salam kenal ..;D
ga ngeri sob, ada hikmah didalam ceritanya, salam kenal juga
terkadang dlm posisi panik, kita akan kehilangan arah dlm menentukan keputusan yg bnr.
Bener sob, kepanikan membuat gelap pikiran kita:)
mantap artikel sob..! inspiratif! *smile
makasih...
Makasih sob, semoga manfaat ..
wah ceritanya menegangkan sekali dan penuh hikmah (y) :)
Anda berminat menyumbangkan artikel cerita untuk blog saya? Ada banyak keuntungannya loh :) berminat? Email saya di hedisasrawan@gmail.com :)
Makasii :)
Makasih sob semoga bisa mengambil pelajaran dari ceritanya..
Jadi penulis tamu yah, wah iya sob saya pikir dulu,soalnya ini blog juga jarang update, ide tidak tiap hari muncul hehe...
mendebarkan.. dengan ending yang menyedihkan :(
Yup, agree with the last part.. believe. the power of believe.
Oke trims, semoga bisa manfaat ceritanya, trimaksih sudah berkunjung:)
ea mas....yakin juga akan suatu cobaan yg di berikan.... pasti di anggap sesuai dengan kemampuan umat Nya..
cerita di atas byk memberikan pelajaran...trima kasih mas Mur.. :)
sama sama mas, semoga bisa diambil ibrohnya...
wah cerita yang sedikit menegangkan dan membuat penasaran untuk membacanya..?
semoga dapat kita ambil hikmah dari cerita di atas sobat...?
ya sobat, trimakasih atas silaturrahimnya disini...
Naas sekali nasib sang pendaki.
Trus terang saya ngeri jika melihat para pendaki memanjat tebingh-tebing yang curam...
ya Mas, ketangkep pesan moralnya. ternyata cuma 1 meter dari tanah bukan? ketajaman berfikir dan ketenangan menjadi penentu mestinya
Selamat pagi semuanya dan salam sukses selalu untuk semuanya.zcz