Corat Coret Seragam, Budaya Yang Harus Dibina Atau Dibinasakan?

corat coret
Corat Coret Seragam | Sudah menjadi hal yang biasa manakala setelah pengumuman kelulusan ujian para siswa baik Sekolah Menengah Pertama atau Menengah Atas melakukan ritual ini. Kira-kira setelah mengetahui hasil ujiannya, apa ya yang mereka lakukan? Kebiasaan, atau bahkan tradisi murid yang dinyatakan lulus, adalah mencorat-coret seragam. Tujuannya, mengekspresikan perasaan bahagia. Makanya enggak heran, ketika masa pengumuman kelulusan sekolah, sekelompok siswa berkeliaran dengan pakaian seragam sekolah yang berwarna-warni penuh dengan tulisan spidol dan cat pylox.

Hampir tiap tahun terjadi hal yang demikian tanpa bisa dicegah, baik oleh orang tua, pihak sekolah ataupun aparat kepolisian. Sepertinya hal ini sudah menjadi hal yang lazim dilakukan para siswa tersebut. Tidak klop rasanya merayakan kelulusan tanpa aksi corat-coret seragam sekolah. Jika hanya corat-coret seragam saja mungkin tidak menjadi masalah yang serius, namun dampak dari aksi itu adalah adanya konvoi kendaraan bermotor yang pada akhirnya banyak menimbulkan kecelakaan para pelajar tersebut. Lebih jauh lagi adalah adanya dugaan tindakan tidak senohoh para pasangan pelajar setelah aksi corat-coret dan konvoi dijalanan.

Sebenarnya bukan tanpa usaha untuk mencegah tindakan ini, hanya saja perlu ketegasan dalam penindakan pelanggaran ini dan juga perlu adanya keterlibatan pihak sekolah dan orang tua. Usaha-usaha dalam rangka menekan aksi corat-coret ini sebenarnya sudah dilakukan beberapa tahun lalu. Misalnya pemerintah atau dinas terkait tidak mengumumkan secara langsung hasil kelulusan, tapi melaui surat. Ada juga pihak sekolah yang menahan seragam para siswanya sebelum pengumumam kelulusan dan himbauan kepada para siswa untuk tidak melakukan aksi ini. Dan ada beberapa langkah preventif lainnya untuk mencegah timbulnya aksi corat-coret ini.

Namun demikian aksi corat-coret ini toh masih saja bisa kita temukan saat ini dibeberapa sekolah. Sepertinya ada saja sekolah tidak begitu menghiraukan akan resiko yang diakibatkan oleh aksi seperti ini dengan melakukan pembiaran. Seharusnya hal ini bisa kita tangani dengan serius asal ada kemauan dari semua pihak untuk mencegahnya. Tidak hanya instansi terkait dalam ini Dinas Pendidikan namun juga pihak sekolah yang tegas dengan tidak menunda pengumuman kelulusan kepada para siswa yang akan melakukan aksi corat-coret ini. Demikian juga peran orang tua yang memberikan pengawasan kepada putra-putrinya dengan segala nasihat baiknya akan sisi negative dari perbuatan ini.

Diakui bahwa ini adalah aksi spontanitas yang wajar untuk meluapkan kegembiraan setelah kelulusan, namun demikian ini adalah hal yang bisa disebut dengan pemubaziran belaka. Para siswa tidak menyadari bahwa seragam yang mereka pakai masih bisa disumbangkan kepada siswa yang memerlukan. Daripada dicorat-coret maka alangkah baiknya disumbangkan kepada mereka yang lebih membutuhkan. Tentunya hal ini menjadi berat manakala para siswa beralasan menjadikan seragam yang dicorat-coret tadi menjadi baju kenang-kenangan yang bisanya digantung dikamar masing-masing.

Yang jelas aksi corat-coret seragam setelah kelulusan menurut saya adalah hal negative yang seharusnya tidak kita lestarikan. Masih banyak cara yang santun untuk merayakan kelulusan tanpa harus mencoret-coret baju seragam. Sekali lagi, peraturan memang sudah berjalan, namun belumlah maksimal untuk menindak tegas pelaku aksi corat-coret ini. Pihak sekolah, orang tua sebaiknya mengawal pengumuman kelulusan ini sehingga aksi tidak baik dengan corat-coret seragam ini bisa ditekan seminim mungkin karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali.

Demikian semoga bermanfaat dan happy blogging…..





Post a Comment

43 Comments

  1. rada susah juga buat ngilangin budaya corat coret ke' gituh kang, jaman SMA, saya ini termasuk anak yang pendiem dan sedikit culun tapi berotal brilian...ngga banyak polah dan tingkah, tapi begitu menerima surat kelulusan...saya lari terbirit birit menghindari corat coret oleh temen temen...pun ngga bisa, malah saya di tangkap dan di bopong dan di lemparin ke got...gimana coba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. biar saya bantu mang, bantu cemplungin ke kolam maksudnya :>) :D

      Delete
  2. PErlu kerja sama antara sekolahnya dan orang tua. Selain melarang harus ada kegiatan pengganti untuk mengapresiasikan kegembiran yang pada lulus

    ReplyDelete
  3. Wah gimana ya mas. Corat coret waktu kelulusan adalah ekspesi kegembiraan para murid karena lulus. Emang kurang efektif sih tapi dengan mencoret seragamnya, mereka jadi puas mas. Dah g bs di ganti dg baju lain, ada yg bilang katanya buat kenang2an gt mas.. Hehehe

    ReplyDelete
  4. kalo boleh angkat bicara, mendingan dibinasakan saja :D

    ReplyDelete
  5. Jujur ya saya juga pernah ngelakuin yang seperti ini Mas, tapi kayaknya memang harus di hilangkan kebiasaan seperti ini, tapi kayaknya susah juga ya, soalnya udah jadi budaya dikalangan para siswa :D

    ReplyDelete
  6. sebenarnya saya juga tidak suka pada beginian mas. toh kalau sudah corat coret akan mendapatkan apa pula.
    kabar baik sudah lulus sebenarnya perlu disyukuri, jika terlihat pada anak yang tidak lulus apakah juga pantas untuk berselebrasi seperti itu ? kasihan juga [-(

    ReplyDelete
  7. lulus sekolah masih terlalu dini untuk dirayakan dengan berlebihan....

    ReplyDelete
  8. Harus dibina mas , alahkahbaiknya di sumbangin seragamnya ke orang yg kurang beruntung. kan masih banyak yg kurang beruntung di negara Indonesia tercinta ku ini :) #SalamHangat Minta Follback :D

    ReplyDelete
  9. Menurut saya harus dibina karena kegiatan ini sudah turun temurun jika tidak dibina yasudah sampe masa selanjutnya akan ada seperti ini terus..

    ReplyDelete
  10. sepertinya harus ada kerjasama yang baik antara sekolah, orangtua dan kepolisian untuk mencegah aksi corat-coret dan konvoi di jalan raya

    ReplyDelete
  11. Coba aja baju yang dicoret coret itu diberikan kepada orang yang membutuhkan ya mas..
    jadi dapet pahal sedekah deh. bukannya dicoret-coret :D

    ReplyDelete
  12. harusnya sih dibina dulu, trus kalo udah dibinasakan deh hehe pis :d

    ReplyDelete
  13. mereka dilarang pun kian menjedi, bukan mereka yang harus disalahkan sebelum menyalahkan guru, guru yang tidak mendidik hanya menghasilkan siswa ngaco. kasihan anak-anak itu

    ReplyDelete
  14. binasakan aja lah. saya gak suka sama tindakan anarkis, bahkan saat saya lulus pun saya tidak memperbolehkan seragam saya dicorat coret :)

    ReplyDelete
  15. kalau saya lebih setuju budaya yang konfoi di jalanan itu aja Mas yang di binasakan, kalau yang corat coret seragam biarin aja deh, soalnyakan buat kenang-kenangan juga :d

    ReplyDelete
  16. Saya pernah sekolah dan lulus tp ga mencoret -coret baju
    karena merasa malu
    tidak seperti mereka malah bangga coretin baju..

    ReplyDelete
  17. Ini memang hal yg negatif.. tapi ini seprtinya sudah membudaya Mas, saya juga bingung.. yg ngelarang hampir semuanya dulu begitu.. untuk saya tempo hari seragam diminta sekola untuk dikumpulkan, entah diberikan ke mana... susah kyknya memberantasnya... ini sama saja dengan memberantas Free Sex, cabe2an, bispak dll... gimana mau berantas, lha wong yang berantas aja suka gituan???

    ReplyDelete
  18. seharusnya pihak sekolah menngadakan aktifitas lain dan di umumkan terlebih dahulu,sebagai ganti dari aksi corat coret

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau gak.. gak usah berpakaian saja pas pengumuman... Eh, gak usah berpakaian sekolah maksudnya...

      Delete
    2. pakai pakaian apa donk? pakaian adat gitu?

      Delete
    3. Bikini atau apalah.. yg penting selain seragam sekolah, hahahaa

      Delete
  19. Sebetulnya kalau dilihat dari segi psikologi hal itu memang bisa melepaskan dari beban namun caranya yang salah sehingga hal itu pun ga bisa dianggap benar.

    Malah sebaliknya dipandang buruk oleh siapapun.

    Tapi kalau diadakan syukuran, sedekah baju seragam, sedekah buku paket, itu malah menjadi mulia hal inilah yang seringkali dilupakan.

    Karena kurang pemahaman terhadap peluapan emosi dengan cara yang baik dan cara yang salah.

    Semoga aja mereka tambah bijak dengan penjelasan ini.

    Makasih mas ulasannya.

    ReplyDelete
  20. harus dibina tentunya kang...dulu waktu aku sekolah mendaptkan seragam sekolah adalah perjuangan banget kang...mereka tudak sadar telah menyia-nyiakab jeruh payah orangtuanya...

    ReplyDelete
  21. aku dulu juga jagonya corat-coret. ada rasa hepy luar biasa. bahkan yang tidak lulus pun ikut konvoi :)

    ReplyDelete
  22. kayaknya memang sudah tradisi juga tah kang, sioalnya tidak di mana-mana. Pasti coret2.

    ReplyDelete
  23. Orang tua sebetulnya lebih kuatir dari aksi yg lain dan malah justru ngeljurus ke hal negatif kayak nongkrong dan bergerombol naik bus pas hari kelulusan..awalnya di mulai ya dari coretan2 dulu sih biasanya

    cuma sepanjang blm ada larangan tegas..kayaknya masih trus lanjut deh..ntah ampe kapan..

    ReplyDelete
  24. Sayang sekali budaya corat coret baju seragam ini belum juga hilang sejak dulu.

    ReplyDelete
  25. Jadi ingat jaman waktu sekolah, saya juga suka dengan corat-coret baju seragam waktu kelulusan, tapi saya gunakan yang sudah lama. Dan budaya corat-coret ini memang harus sudah mulai di tertipkan, karena masih banyak yang bisa di salurkan untuk kgiatan positif yang lainnya.

    Salam

    ReplyDelete
  26. corat-coret seragam kemudian konvoi berbonceng tiga tanpa helm terus kebut-kebutan, semoga kedepan ada cara-cara baru yang lebih bermakna ya mas

    ReplyDelete
  27. kalau saya dulu sih, seragamnya emang kompakan disumbangkan... jadinya kelulusannya positif deh...

    untuk merayakan kegembiraan, kami pake baju olah raga sambil pawai keliling kota... naik sepeda pancal... becak...

    ReplyDelete
  28. Menurut saya sich budaya seperti ini harus dihilangkan. coz ga ada gunanya sama sekali. daripada dipakai corat-coret. bajunya pun terbuang, lebih baik disumbangkan kpd orang yg lebih membutuhkan..

    ReplyDelete
  29. Saya terus terang tidak setuju dengan aksi saling corat coret, tidak mendidik sama sekali.

    ReplyDelete
  30. kalo menurut saya sich, susah kang untuk membinasakan tradisi corat coret baju :d

    ReplyDelete
  31. assalamualaikum wr.wb,saya ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada aki joyo wijoyo atas bantuan aki.
    kini impian saya selama ini sudah jadi kenyataan dan berkat bantuan aki joyo wijoyo pula yang telah memberikan
    angka ritual kepada saya yaitu 4 angka dan alhamdulillah langsung tembus. sekali lagi makasih ya aki karna
    waktu itu saya cuma bermodalkan uang 200 ribu dan akhirnya saya menang. berkat angka gaib hasil ritual aki joyo wijoyo
    saya sudah bisa buka usaha yaitu benkel mobil/motor dan toko sembako kini kehidupan keluarga saya jauh lebih baik dari
    sebelumnya,bagi anda yg ingin seperti saya silahkan hub/sms aki joyo wijoyo di nomor hpnya: 082 322 214 909 dan
    ramalan AKI memang memiliki ramalan gaib” yang dijamin tembus.

    ReplyDelete
  32. itu tergantung inisiatif dari pihak sekolah juga kali roi. masalahnya ada juga beberapa sekolah yang mewajibkan baju sekolah mereka disumbangkan pada orang yang tidak mampu. kalau begini semua orang mungkin bisa ringan sekolah, karena bisa dapat baju gratis dari sumbangan tersebut. coba bayangkan kalau semua sekolah wajib dengan hal ini. kalau pesta kelulusan dengan corat coret dan pawai motor banyak mudhoratnya daripada manfaatnya. namun itu kembali lagi pada pengelola sekolah dan tanggung jawab siswa untuk menjalankan ini. ok bro nice post and keep posting.

    ReplyDelete